Perjalanan sejarah Kemaharajaan Majapahit setiap tahun (1293-1527). Dari awal berdirinya pasca invasi bangsa Mongol, masa kebangkitannya yang singkat sebagai penguasa lautan Nusantara, hingga keruntuhannya di awal abad ke-16. Semoga bermanfaat! :>
---
Masa pemerintahan Raden Wijaya / Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309):
- 1293 - Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit, setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri (Daha) pimpinan Jayakatwang melalui bantuan pasukan Mongol-Cina dari Kekaisaran Yuan yang datang untuk menghukum Raja Jawa sebelumnya, Kertanegara, penguasa terakhir Singhasari. Melalui suatu siasat licik, Wijaya dan pengikutnya kemudian balik menyerang pasukan Yuan yang berkemah di Ujunggaluh (Surabaya) dan sukses mengusir mereka dari Pulau Jawa. Wijaya naik tahta dengan gelar 'Kertarajasa Jayawardhana Anantawikramottunggadewa'. Ia melantik sahabatnya, Nambi sebagai 'Mahapatih Amangkubhumi' (Perdana Menteri). Sebagai penguasa Jawa yang baru, Wijaya mewarisi wilayah kekuasaan pendahulunya (Kerajaan Singhasari), termasuk beberapa vasal (negara bawahan) di Sumatra (Dharmasraya, Kampar), Kalimantan (Tanjungpura, Kendawangan, Kotawaringin, Sampit), dan Sulawesi (Banggai). Sementara itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa sendiri dibagi menjadi 23 wilayah kadipaten (Mancanegara): Paguhan, Kembang Jenar, Kalinggapura, Mataram, Pajang, Pandansalas, Lasem, Jagaraga, Wengker, Kertabhumi, Matahun, Kabalan, Tuban, Kahuripan, Trowulan, Daha, Keling, Lodaya, Singhapura, Tumapel, Pamotan, Pakembangan, dan Lumajang. Kecuali Trowulan yang diperintah langsung oleh Maharaja, semua daerah ini masing-masing diperintah oleh seorang Bhre (Adipati).
- 1294 - Penyerangan ke Sambas. Mustika Bintang, sebuah meteor bercahaya seukuran buah kelapa jatuh di Kerajaan Sambas di Kalimantan Barat. Benda ini dianggap sebagai benda keramat yang dipercaya membawa banyak keberuntungan. Meteor ini pun disimpan oleh Raden Janur, penguasa Sambas. Mendengar hal itu, Wijaya mengirimkan pasukan ke Sambas untuk meminta benda tersebut. Sambas tak bersedia menyerahkannya, sehingga pecahlah pertempuran, yang dimenangkan pihak Majapahit. Raden Janur melarikan diri ke hutan sambil membawa Mustika Bintang dan tak diketahui lagi nasibnya. Sambas yang kehilangan Raja pun otomatis jatuh ke dalam kekuasaan Majapahit. Sejak tahun ini pulalah, dimulainya pemerintahan orang Jawa terhadap Kerajaan Sambas, yang akan berlangsung hingga tahun 1631. Prasasti Kudadu. Inskripsi yang dibuat oleh Wijaya kepada seorang kepala desa bernama Rama Kudadu yang telah membantu menyelamatkannya dari kejaran pasukan Kediri.
- 1295 - Pemberontakan Ranggalawe. Bhre Tuban, Ranggalawe, dituduh berkhianat oleh Wijaya akibat hasutan Halayudha, seorang licik yang berambisi menjadi Mahapatih Majapahit. Ia tewas dibunuh oleh Kebo Anabrang (Adwayawarman?), Laksamana Angkatan Laut Singhasari yang mengabdi pada Majapahit. Sang Laksamana kemudian ganti dibunuh oleh Lembu Sora, Bhre Daha dan paman Ranggalawe. Ayah Ranggalawe, Arya Wiraraja marah dan meminta Wijaya menagih janjinya, yakni membagi Jawa menjadi dua negara: Majapahit di barat dan Lumajang di timur. Daerah Lumajang pun merdeka dari Majapahit, dengan Wiraraja sendiri sebagai penguasa kerajaan baru yang juga dikenal dengan nama 'Lamajang Tigang Juru' tersebut.
- 1296 - Prasasti Sukamerta. Inskripsi oleh Wijaya tentang empat orang putri Kertanegara yang menjadi istri-istrinya, yakni Parameswari Tribhuwaneswari, Mahadewi Narendraduhita, Jayendradewi Prajnaparamita, dan Gayatri Rajapatni.
- 1298 - Raja Kecik Mambang mendirikan Kerajaan Keritang di Indragiri, Riau sebagai bawahan Majapahit.
- 1300 - Pemberontakan Sora. Masih karena tipu muslihat Halayudha, kali ini giliran Lembu Sora yang dituduh berkhianat. Ia tewas dibunuh oleh Mahapatih Nambi, kawan seperjuangannya sendiri. Kerajaan Tumasik (Singapura) pimpinan Sang Nila Utama diperkirakan merebut seluruh kekuasaan dan vasal Majapahit di Kalimantan (Borneo).
- 1301 - Kerajaan Aru Barumun dari Simalungun (Sumatra Utara) menyerang Kampar dan berhasil merebutnya dari Majapahit.
- 1305 - Prasasti Belawi. Menyebutkan tentang Sri Jayanagara, putra Wijaya dengan Dara Petak, seorang putri Melayu dari Kemaharajaan Dharmasraya (Malayu) di Sumatra. Sang putra disebutkan menjabat sebagai Raja Muda di Daha. Kelak, dirinyalah yang menggantikan Wijaya sebagai Maharaja Majapahit.
Masa pemerintahan Sri Jayanagara (1309-1328):
- 1309 - Wijaya wafat. Tahta diserahkan kepada Jayanagara. Ia naik tahta sebagai Maharaja Majapahit ke-2 dengan gelar 'Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara'.
- 1313 - Gajah Mada, tokoh yang kelak berperan penting dalam perkembangan sejarah Majapahit, memulai karier militernya dengan berhasil menjabat sebagai kepala kesatuan pasukan khusus Majapahit, Bhayangkara.
- 1316 - Pemberontakan Nambi dan invasi Majapahit ke Lumajang. Mahapatih Nambi dituduh memberontak oleh Jayanagara atas hasutan Halayudha. Kala itu, Nambi tengah berada di Lumajang untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Ia dituduh berkomplot dengan Wiraraja untuk menyerang Majapahit. Karenanya, Majapahit mengirim pasukan yang dipimpin langsung oleh Jayanagara untuk menyerang Lumajang, dan berhasil. Lumajang dianeksasi, Nambi dibunuh, sementara Arya Wiraraja menghilang dan tak diketahui lagi kabarnya. Atas peristiwa ini, Jayanagara akhirnya melantik Halayudha sebagai Mahapatih yang baru.
- 1319 - Pemberontakan Kuti. Dharmaputra Winehsuka, pasukan khusus pelindung Raja Majapahit berjumlah tujuh orang prajurit terkuat di Jawa kala itu, memberontak. Dibawah pimpinan Ra Kuti dan Ra Semi, mereka berhasil menguasai kota Trowulan. Namun, Jayanagara berhasil lolos dengan bantuan pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada. Atas jasa tersebut, Jayanagara pun mengangkat Gajah Mada sebagai seorang Patih di Kahuripan. Peristiwa ini juga membuka kedok Halayudha yang telah mengadu domba tokoh-tokoh penting Majapahit demi mendapatkan jabatan Mahapatih. Jayanagara yang marah pun memerintahkan hukuman mati dengan cara keji terhadap Halayudha, yakni dengan 'dicincang bak babi hutan'. Jayanagara kemudian melantik Arya Tadah (Mpu Krewes) sebagai Mahapatih yang baru.
- 1321 - Odorico da Pordenone, seorang musafir Kristen asal Venesia dilaporkan mengunjungi keraton Majapahit dan menemui Jayanagara. Gajah Mada berganti menjadi Patih Daha menggantikan posisi Patih sebelumnya, Arya Tilam. Pembangunan Candi Sumberjati oleh Jayanagara untuk mengenang Raden Wijaya.
- 1325 - Adityawarman, sepupu Jayanagara yang merupakan putra dari Adwayawarman (Panglima Sibarakat) dengan Dara Jingga (Bundo Kanduang), diutus sebagai duta besar Majapahit untuk Kekaisaran Yuan. Ia pergi ke Khanbaliq (Beijing) untuk menghadap Kaisar Yuan, dalam rangka memperbaiki hubungan kedua negeri (Majapahit dan Yuan) yang sebelumnya bermusuhan tersebut.
Masa pemerintahan Dyah Gitarja / Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350):
- 1328 - Jayanagara tewas dibunuh oleh Ra Tanca, tabib istana yang merupakan satu-satunya anggota Dharmaputra Winehsuka yang masih hidup. Alasan pembunuhan ini kemungkinan akibat ulah Jayanagara yang diduga telah melakukan hal yang tak bisa dimaafkan terhadap istri Ra Tanca. Melihat hal itu, Gajah Mada yang tengah berada di sana langsung membunuh sang tabib saat itu juga. Tahta Majapahit jatuh ke tangan Gayatri Rajapatni, satu-satunya putri Kertanegara dan istri Raden Wijaya yang masih hidup. Namun, karena Gayatri telah menjadi seorang bhikkuni (pendeta Buddha wanita), pemerintahan diwakili oleh putrinya, Dyah Gitarja, yang naik tahta sebagai penguasa Majapahit ke-3 dengan gelar 'Tribhuwana Wijayatunggadewi'.
- 1329 - Pemberontakan Keta. Bhre Keta di Situbondo, salah satu bekas wilayah Kerajaan Lumajang memberontak.
- 1331 - Gayatri wafat. Ratu Tribhuwana tetap memerintah sebagai Maharani Majapahit. Pemberontakan Sadeng. Menyusul Keta, Bhre Sadeng di Jember juga memberontak. Ratu Tribhuwana pun mengutus dua orang kepercayaannya, Gajah Mada dan Ra Kembar untuk memadamkan kedua pemberontakan tersebut. Mereka berhasil menundukkan Keta. Namun, terjadi persaingan antara kedua orang tersebut dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng. Akhirnya, Ratu Tribhuwana sendiri, didampingi Adityawarman yang juga sepupunya, yang berangkat memimpin langsung penyerangan ke Sadeng, dan berhasil. Keta dan Sadeng pun kembali tunduk pada Majapahit.
- 1332 - Adityawarman dilantik sebagai Wreddamantri. Ia kemudian kembali diutus ke Khanbaliq sebagai duta besar untuk menghadap Kaisar Yuan.
- 1334 - Sumpah Palapa. Gajah Mada dilantik sebagai Mahapatih Majapahit, kemudian mengucapkan sebuah sumpah untuk memperluas jangkauan pengaruh Majapahit dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan besar di seantero Nusantara. Letusan Gunung Kelud. Hayam Wuruk lahir sebagai putra dari Ratu Tribhuwana dengan suaminya, Cakradhara Kertawardhana yang menjabat sebagai Bhre Tumapel.
- 1337 - Wang Dayuan, seorang pengelana Yuan-Mongol mengunjungi Majapahit dan melaporkan tentang adanya sisa-sisa pasukan Mongol yang menetap dan membentuk komunitas Muslim Hui di lembah Gelam, Sidoarjo. Kemungkinan besar orang-orang inilah yang memperkenalkan bubuk mesiu serta mengajarkan ilmu membuat meriam dan senjata api sederhana kepada militer Majapahit, yang berujung pada diciptakannya 'cetbang' dan 'lantaka', yang kelak akan segera tersebar ke seluruh Nusantara.
- 1338 - Kerajaan Buton di Sulawesi Tenggara menjadi vasal Majapahit. Penguasanya, Ratu Wa Kaa Kaa, menikah dengan Raden Sibatara, seorang pangeran Jawa yang konon merupakan putra dari Wijaya. Keduanya pun bersama-sama memerintah Kerajaan Buton, menempatkan negeri tersebut ke dalam lingkup pengaruh Majapahit.
- 1339 - Invasi Majapahit ke Sumatra. Gajah Mada memulai misi penaklukannya. Bersama Adityawarman, ia menggempur negeri-negeri di Sumatra dan sekitarnya. Adityawarman berhasil menaklukkan Palembang dan Lampung, sementara Gajah Mada berhasil menduduki Bangka dan Belitung. Adityawarman kemudian dilantik sebagai Uparaja (penguasa bawahan) Majapahit di Sumatra Selatan.
- 1340 - Majapahit kemungkinan telah berhasil merebut kembali kekuasaan dan vasalnya di Kalimantan dari tangan Tumasik. Patih Gumantar, seorang pejabat Majapahit yang konon merupakan saudara dari Gajah Mada mendirikan Kerajaan Sidiniang di Mempawah sebagai bagian dari Majapahit. Gajah Mada mulai menyerang Aru Barumun, dan diperkirakan telah berhasil menduduki Kepulauan Riau, Siak, dan Rokan di tahun ini.
- 1343 - Invasi Majapahit ke Bali dan Lombok. Gajah Mada dan Adityawarman, konon turut didampingi oleh Ratu Tribhuwana, menggempur Bali. Di Bali, pasukan Majapahit sempat kewalahan melawan pasukan Kerajaan Pejeng (Bedahulu) pimpinan Mahapatih Kebo Iwa, yang konon merupakan kawan seperguruan Gajah Mada saat masa mudanya dalam berlatih silat dan olah kanuragan di Lamongan. Gajah Mada baru berhasil mengalahkan Kebo Iwa setelah menggunakan suatu muslihat licik. Bali pun takluk pada Majapahit, yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya dari Bedahulu ke Samprangan. Pasukan Majapahit kemudian lanjut menaklukkan Lombok.
- 1344 - Invasi Majapahit Pertama ke Sumbawa. Pasukan Majapahit berhasil menundukkan negeri-negeri kecil di bagian barat pulau tersebut, yakni Taliwang, Seran, Alas, Utan, dan Sumbawa. Mereka kemudian lanjut menggempur Kerajaan Dompu, namun mengalami kegagalan.
- 1345 - Seluruh wilayah Aru Barumun kemungkinan telah berhasil diduduki oleh pasukan Majapahit di tahun ini. Gajah Mada kemudian memecahnya menjadi empat kerajaan vasal, yakni Siak, Rokan, Kampar, dan Aru. Majapahit kemudian lanjut menyerang Kerajaan Silo, sebuah negara kecil di pesisir utara Danau Toba yang didirikan oleh Senapati Indrawarman, seorang panglima Jawa yang memberontak pasca runtuhnya Singhasari. Silo pun takluk. Gajah Mada dan pasukannya juga menyerang Kerajaan Hatorusan di Tanah Batak, namun mengalami kegagalan.
- 1347 - Pemberontakan Adityawarman. Ia mendirikan sebuah kerajaan baru bernama Malayapura yang merdeka dari Majapahit. Sebelumnya, Adityawarman telah mengunjungi negeri-negeri di Minangkabau dan menemui para penguasa serta datuk setempat. Adityawarman naik tahta sebagai raja dengan gelar 'Maharajadiraja Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa'. Ia kemungkinan turut memasukkan Palembang dan Dharmasraya ke dalam kekuasaannya, merebut keduanya dari hegemoni Majapahit.
- 1349 - Perang Majapahit-Pasai. Majapahit menyerang Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Hikayat Raja-raja Pasai mengisahkan bahwa penyerangan ini dilatarbelakangi oleh perilaku penguasa Pasai, Raja Ahmad I (Malik al-Zahir II) yang telah membunuh putranya sendiri, Tun Abdul Jalil, karena menjalin hubungan asmara dengan seorang putri Majapahit bernama Radin Galuh Gemerencang. Rupanya, sang Raja juga menaruh hati pada putri Jawa tersebut dan ia merasa cemburu pada putranya karena sang putri lebih mencintai Tun Abdul Jalil. Kala itu, Galuh Gemerencang tengah singgah di Pasai untuk menemui sang pangeran. Setelah mengetahui nasib tragis pujaan hatinya, ia akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dengan terjun ke laut. Mendengar hal ini, Kerajaan Majapahit segera melancarkan ekspedisi penyerangan ke Pasai untuk memberi pelajaran pada Raja Ahmad I.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk / Sri Rajasanagara (1350-1389):
- 1350 - Hayam Wuruk naik tahta sebagai Maharaja Majapahit ke-4. Ia dilantik dengan gelar 'Sri Rajasanagara'. Ibundanya, Dyah Gitarja turun tahta dan menjadi Bhre Kahuripan. Perang Majapahit-Pasai berakhir. Pasukan Majapahit pimpinan Gajah Mada berhasil menduduki istana Samudra Pasai, sementara Raja Ahmad I melarikan diri ke daerah Menduga. Gajah Mada kemudian melantik Ratu Nur Ilah sebagai penguasa bawahan Majapahit di Pasai. Di tahun yang sama, Majapahit juga telah sukses menjadikan dua kerajaan lain di Aceh, Lamuri dan Tamiang, sebagai vasalnya. Beberapa kerajaan di pesisir barat Kalimantan kemungkinan juga telah menjadi vasal Majapahit, yakni Landak, Semandang, Samarahan, dan Kalaka. Pulau Bawean dan Kepulauan Masalembo juga telah dikuasai oleh Majapahit sejak tahun ini. Gajah Mada mengirim telik sandi (mata-mata) ke Kerajaan Nan Sarunai di Kalimantan Selatan. Laksamana Nala, salah satu petinggi militer terkuat Majapahit memasuki negeri itu dengan menyamar sebagai nahkoda kapal dagang bernama Tuan Penayar. Dalam penyamarannya, ia berhasil menemui penguasa Nan Sarunai, Raden Anyan dan kagum akan banyaknya barang yang terbuat dari emas murni di negeri itu. Laksamana Nala pun kembali ke Trowulan dan melaporkan hasil pengamatannya kepada Gajah Mada.
- 1351 - Prasasti Gajah Mada. Sebuah inskripsi buatan Gajah Mada yang menuliskan tentang pembangunan caitya (bangunan suci penganut Buddha Theravada) olehnya yang dipersembahkan untuk arwah Maharaja Kertanegara dan patihnya, Mpu Raganatha, yang tewas dalam serangan Raja Jayakatwang dari Kediri. Prasasti ini menyimpulkan bahwa Gajah Mada dan Kertanegara merupakan penganut Buddha, juga sebagai legitimasi Gajah Mada untuk mencapai misinya, politik 'Nusantara Mandala', yang kurang lebih sama dengan misi Kertanegara, yakni politik 'Dwipantara Mandala'. Caitya yang dimaksud kemungkinan besar adalah Candi Singhasari di Malang. Kerajaan Brunei dan Melanau di bagian utara Kalimantan menjadi vasal Majapahit.
- 1355 - Gajah Mada memimpin ekspedisi ke Semenanjung Melayu. Kala itu, seluruh kerajaan di daerah tersebut merupakan vasal dari Kerajaan Siam Ayutthaya. Namun mereka, yakni Langkasuka (Jawaka), Kedah, Manjung, Beruas, Pahang, dan Muar, telah lama ingin lepas dari pengaruh Ayutthaya. Gajah Mada pun memanfaatkan hal ini untuk menanamkan pengaruh Majapahit atas Semenanjung Melayu. Bekerja sama dengan penguasa Kerajaan Langkasuka, Sri Bharubhasa, Gajah Mada dan pasukannya berhasil mengusir pasukan Siam di seantero Semenanjung Melayu. Seluruh kerajaan di daerah tersebut pun bersedia tunduk tanpa perlawanan sebagai vasal Majapahit.
- 1356 - Invasi Majapahit Pertama ke Nan Sarunai. Gajah Mada mengirim armada sejumlah 5000 tentara pimpinan Senapati Arya Manggala untuk menyerang Nan Sarunai. Nan Sarunai meminta bantuan Tanjungpuri, yang mengirimkan 1000 orang prajurit pimpinan lima panglima bersaudara, Datu Banua Lima. Pertempuran sengit berlangsung selama dua hari, dan berakhir dengan kemenangan di pihak Nan Sarunai. Arya Manggala tewas terpenggal oleh mandau Panglima Angin, salah satu pimpinan pasukan Nan Sarunai. Majapahit pun terpaksa menarik mundur pasukannya.
- 1357:
- Penyerangan ke Ayutthaya. Sumber sejarah dari Kelantan menyebutkan tentang sebuah perang antara Majapahit melawan Ayutthaya yang terjadi pada tahun ini. Gajah Mada dan Sri Bharubhasa membentuk pasukan aliansi Majapahit-Langkasuka. Dipimpin langsung oleh kedua tokoh tersebut, pasukan besar ini menyerang pusat pemerintahan Kerajaan Siam, kota Ayutthaya, dan berhasil mendudukinya untuk sementara. Pendudukan berakhir setelah penguasa Ayutthaya, Raja Ramathibodi (Uthong), berjanji untuk tidak lagi mengganggu negeri-negeri di Semenanjung Melayu yang telah mengaku sebagai vasal Majapahit. Gajah Mada dan pasukannya pun pulang kembali ke Trowulan, setelah Sri Bharubhasa mendirikan Kerajaan Chermin Jiddah menggantikan Langkasuka, yang tetap setia sebagai vasal Majapahit. Raja Bharubhasa kemudian memeluk Islam dan mengganti nama gelarnya menjadi 'Sultan Mahmud Jiddah Riayat Sa'adat as-Salam'. Meski begitu, sebagian besar rakyat negeri tersebut masih menganut Hindu-Buddha. Mereka yang telah memeluk Islam pun juga masih ada yang tetap mengamalkan kebudayaan Hindu-Buddha. Ini membuat Chermin menjadi sebuah kerajaan peralihan antara kepercayaan lama (Hindu-Buddha) dengan kepercayaan baru (Islam).
- Perang Bubat. Sebuah tragedi yang diawali dengan keinginan Hayam Wuruk untuk menikahi putri Kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka. Ia pun mengirim utusan ke Sunda untuk menyampaikan hal itu. Penguasa Sunda, Linggabuana menyambutnya dengan positif dan segera bertolak ke Majapahit untuk mendampingi putrinya menghadap Hayam Wuruk. Namun, sesampainya di sana terjadi perdebatan sengit antara Linggabuana dengan Gajah Mada (yang telah kembali dari Semenanjung Melayu). Sang Mahapatih menganggap pernikahan Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka sebagai pengakuan tunduknya Sunda pada Majapahit, sedangkan Linggabuana hanya menganggapnya sebagai hubungan persahabatan biasa. Konflik yang makin meruncing pun akhirnya berujung pada pecahnya pertempuran. Linggabuana dan pengikutnya yang hanya berjumlah kurang dari 100 orang mati-matian bertarung melawan Gajah Mada dan pasukannya yang berjumlah ribuan. Perang berakhir dengan tewasnya Linggabuana dan seluruh pengikutnya, termasuk Dyah Pitaloka yang memutuskan untuk bunuh diri. Tragedi ini membuat Hayam Wuruk sangat terpukul. Ia akhirnya terpaksa menghukum Gajah Mada dengan mencopot jabatannya dan mengasingkannya ke sebuah pelosok terpencil bernama Madakaripura.
- Ekspedisi militer ke Indonesia Timur. Angkatan Laut Majapahit pimpinan Laksamana Nala mengadakan penaklukan ke Nusa Tenggara. Dengan armada berjumlah sekitar 3000 orang prajurit, mereka berhasil menundukkan seluruh kerajaan merdeka yang tersisa di Sumbawa (Dompu, Bima, Sapi, Sangiang). Hikayat lokal dari Nusa Tenggara Timur juga mengisahkan penaklukan Majapahit terhadap Flores (Bajo, Cibal, Ngada, Sikka, Kerantoka), Sumba, Solor, Lembata (Marisa), Pantar (Pandai, Bernusa, Munaseli), dan Alor (Bungabali). Seluruh negeri tersebut pun menjadi vasal Majapahit. Laksamana Nala kemungkinan juga telah berhasil menjadikan beberapa negeri di Sulawesi Selatan (Tallo, Bantaeng, Selayar) dan Buru (Kadali) sebagai vasal Majapahit.
- 1358 - Invasi Majapahit Kedua ke Nan Sarunai. Dengan jumlah armada yang lebih besar yakni 10.000 orang prajurit pimpinan Laksamana Nala, serangan kali ini sukses menaklukkan Kerajaan Nan Sarunai dan menjadikannya sebagai bagian dari Majapahit. Raden Anyan dan istrinya gugur dalam pertempuran, istana Nan Sarunai dihancurkan. Masyarakat Dayak Maanyan pun terpaksa mengungsi ke pedalaman, secara penuh meninggalkan budaya maritim mereka. Riwayat negeri Nan Sarunai yang telah berusia lebih dari 1600 tahun itu pun berakhir. Armada Majapahit lalu lanjut menyerang Tanjungpuri, namun gagal. Akhirnya kedua pihak memutuskan untuk mengadakan perjanjian damai, yang mana Tanjungpuri bersedia menjadi vasal Majapahit. Sementara bekas wilayah Nan Sarunai dianeksasi penuh oleh Majapahit. Di tahun yang sama, Majapahit juga berhasil menundukkan Kerajaan Tumasik dan seluruh jajahannya di Kepulauan Riau: Tambelan, Siantan, Jemaja, Bunguran, Serasan, Subi, Pulau Laut, Tiuman, Pulau Tinggi, Pemanggilan, Lingga, Riau, Bintan, dan Bulan. Negara itu pun bersedia menjadi bawahannya. Prasasti Canggu.
- 1359 - Gajah Mada diangkat kembali sebagai Mahapatih, namun memerintah dari Madakaripura.
- 1360 - Kunjungan Raja Kutai ke Majapahit. Penguasa Kerajaan Kutai Kartanegara, Aji Maharaja Sultan mengunjungi Majapahit. Didampingi oleh kakak sulungnya (Maharaja Sakti) dan penguasa Kutai Martadipura (Maharaja Indra Mulya), ia mendatangi keraton Trowulan untuk menimba ilmu tentang adat istiadat dan tata cara pengelolaan pemerintahan kerajaan, untuk diterapkan di negerinya. Namun, Indra Mulya kemudian memutuskan untuk kembali ke negerinya tanpa sebab yang jelas. Di sana, mereka dibina langsung oleh Hayam Wuruk dan Gajah Mada (yang telah diperbolehkan kembali ke Trowulan). Setelah selesai, Aji Maharaja Sultan dan kakaknya pun kembali ke Kutai didampingi seorang Patih Jawa sebagai perwakilan Majapahit di Kutai Kartanegara. Kehadiran seorang Patih menunjukkan bahwa saat itu wilayah Kutai Kartanegara telah menjadi vasal Majapahit, secara sukarela. Di tahun yang sama, Majapahit mendirikan Kerajaan Kuripan sebagai negara bawahan di bekas wilayah Nan Sarunai.
- 1362 - Pembangunan Candi Bhayalango oleh Hayam Wuruk untuk mengenang neneknya, Gayatri Rajapatni. Kerajaan Tidung di Kalimantan Utara dan Sulu (Lupah Sug) di Filipina Selatan diperkirakan telah menjadi vasal Majapahit sejak tahun ini.
- 1364 - Gajah Mada wafat.
- 1365 - Puncak kejayaan Majapahit di bawah pimpinan Hayam Wuruk. Naskah Kakawin Nagarakretagama selesai ditulis oleh Mpu Prapanca, seorang bekas pejabat Majapahit yang kala itu telah menetap di sebuah dusun di pelosok Jawa Timur. Dalam karyanya, ia menuliskan daftar wilayah kekuasaan Majapahit (Negara Agung dan Mancanegara) serta vasal (Nusantara) dan negeri-negeri sahabatnya (Mitreka Satata). Palembang dan Dharmasraya kemungkinan telah berhasil direbut kembali oleh Majapahit dari pengaruh Pagaruyung. Sejak tahun ini pula, beberapa daerah di Maluku Selatan (Ambon, Banda, Gorong, Watubela, Kei) telah menjadi vasal dan bagian dari Majapahit. Hikayat Tom-Tad mengisahkan pendudukan kepulauan Kei dan Watubela oleh orang Jawa dan Bali, yang kemudian mendirikan pelabuhan pertama di sana dengan nama Balsorbay. Tiga kerajaan kecil di Semenanjung Onin, Papua Barat, yakni Rumbati, Atiati, dan Fatagar diperkirakan juga telah menjadi vasal Majapahit sejak tahun ini. Kepulauan Sitaro, Sangihe, dan Talaud diperkirakan juga telah jatuh ke tangan Majapahit, yang merebutnya dari Kerajaan Tampungan Lawo. Pasukan Majapahit di sana lalu menyatukan ketiganya menjadi sebuah koloni bernama Udamakatraya. Sebuah sumber menyebutkan bahwa Majapahit mengadakan ekspedisi militer ke Flilipina Utara untuk menaklukkan Kerajaan Tondo di Luzon. Disebutkan bahwa perang terjadi di Manila (Seludong), dan berakhir dengan kekalahan pasukan Majapahit. Namun, sumber ini meragukan sehingga tak diketahui dengan pasti apakah memang pernah terjadi perang antara Majapahit melawan Tondo.
- 1366 - Prasasti Biluluk.
- 1368 - Raja Awang Alak Betatar naik tahta di Brunei.
- 1369 - Sulu memerdekakan diri dari Majapahit, lalu mengirim segerombolan perompak ke Brunei untuk menyerang dan melancarkan penjarahan besar-besaran terhadap negeri kaya tersebut. Di tahun yang sama, Majapahit kemungkinan besar telah menarik mundur pasukannya di Talaud dan meninggalkan Udamakatraya, yang kemudian direbut kembali oleh Tampungan Lawo.
- 1370 - Majapahit mengirim pasukan untuk mengusir para perompak Sulu dari Brunei, yang berhasil dengan sukses. Tetapi kemudian armada Majapahit meninggalkan Brunei begitu saja, yang menjadi bangkrut dan miskin pasca penjarahan Sulu.
- 1371 - Ibunda Hayam Wuruk, Dyah Gitarja wafat. Berita kematian ibunya tersebut membuat Hayam Wuruk sangat terpukul. Akibatnya, Kemaharajaan Majapahit mulai memasuki masa kemundurannya sejak tahun ini. Raja Brunei, Awang Alak Betatar mengirim utusan kepada Kaisar Cina di Nanjing untuk meminta pengakuan kedaulatan dari Kekaisaran Ming (yang telah menggantikan Kekaisaran Yuan). Dengan kata lain, Brunei berniat melepaskan diri dari hegemoni Majapahit.
- 1373 - Pemberontakan Sumatra Selatan. Palembang dan Dharmasraya melancarkan pemberontakan terhadap hegemoni Majapahit. Keduanya mengirim utusan kepada Kaisar Cina untuk meminta pengakuan kedaulatan dari Kekaisaran Ming (yang telah menggantikan Kekaisaran Yuan). Kaisar Cina pun bersedia dan balik mengirim utusan ke Palembang dan Dharmasraya untuk meresmikan kemerdekaan mereka. Mendengar hal ini, Hayam Wuruk marah dan memerintahkan pasukan Majapahit untuk segera memblokade Palembang dan Dharmasraya serta membunuh para utusan Cina.
- 1376 - Wijayarajasa mendirikan Kerajaan Blambangan di bekas wilayah Lumajang sebagai bawahan Majapahit.
- 1377 - Majapahit memadamkan Pemberontakan Sumatra Selatan. Palembang dan Dharmasraya pun berhasil takluk kembali, dan para utusan Ming dibunuh. Kemudian, Majapahit menganeksasi keduanya dan mendirikan pemerintahan langsung di sana. Mengetahui hal itu, Kaisar Cina memutuskan untuk diam dan membiarkannya, melegitimasi kekuasaan Majapahit atas Sumatra Selatan. Pemberontakan Berau. Di Kalimantan Utara, Baddit Dipattung mendirikan Kerajaan Berau dan memerdekakan diri dari Majapahit. Ia memimpin penaklukkan kembali terhadap wilayah yang sebelumnya termasuk dalam kekuasaan pendahulunya, Kerajaan Tidung.
- 1379 - Ayutthaya melanggar janjinya dengan kembali melancarkan invasi ke Semenanjung Melayu, menyebabkan Majapahit kehilangan kontrol atas wilayah tersebut. Ayutthaya juga menganeksasi Singapura.
- 1380 - Kerajaan Pekantua berdiri di Pelalawan sebagai bawahan Majapahit, didirikan oleh seorang bangsawan Singapura yang mengungsi setelah negerinya ditaklukkan oleh Ayutthaya. Majapahit mengirim pasukan pimpinan Patih Lohgender ke Tanjungpura dalam rangka ekspedisi penaklukkan terhadap negeri-negeri di sepanjang sungai Kapuas. Kerajaan Sanggau dan Sekadau kemungkinan telah takluk menjadi vasal pada tahun ini. Ratu Nur Ilah wafat. Raja Zainal Abidin I naik tahta sebagai penguasa Samudra Pasai menggantikannya.
- 1383 - Kinabatangan, sebuah negeri kecil di Sabah yang didirikan oleh seorang pelarian Cina bernama Ong Sum Ping menjadi vasal dari Brunei, yang masih merupakan bawahan dari Majapahit.
- 1384 - Sintang takluk pada Majapahit. Pasukan Jawa membawa Demong Nutup, putra Raja Sintang, Jubair I sebagai tawanan perang. Saudarinya, Dara Juanti menyusul ke Jawa untuk membebaskannya. Saat mendarat di Tuban, sang putri dihadang oleh Patih Lohgender yang kemudian kasmaran kepadanya. Sang Patih pun bersedia membebaskan Demong Nutup. Dara Juanti lalu kembali ke Sintang didampingi kedua pria tersebut.
- 1385 - Raja Jubair I menikahkan Dara Juanti dengan Patih Lohgender. Sang Patih Jawa menyerahkan maskawin berupa seperangkat gamelan, yang hingga kini masih disimpan oleh keraton Kesultanan Sintang. Kemungkinan di tahun ini, Kerajaan Selimbau dan Silat telah menjadi vasal Majapahit. Pihak Majapahit kemudian menghadiahkan beberapa buah keris kepada kedua negeri di pedalaman Kapuas tersebut. Dengan ini, berakhirlah ekspedisi penaklukkan Majapahit terhadap negeri-negeri Kapuas di Kalimantan Barat.
- 1387 - Mpu Jatmika, seorang perantau asal Keling (salah satu kadipaten Majapahit yang terletak di antara Daha dan Tumapel) mendirikan Kerajaan Negara Dipa sebagai bawahan Majapahit. Negeri ini merupakan peleburan dari Kerajaan Kuripan dan Tanjungpuri, dengan pusat pemerintahannya terletak di kota Amuntai. Prasasti Karang Bogem.
Masa pemerintahan Wikramawardhana (1389-1427):
- 1389 - Hayam Wuruk wafat. Putrinya, Dyah Kusumawardhani naik tahta menggantikannya didampingi oleh suaminya, Wikramawardhana. Dalam perkembangannya, jalannya pemerintahan lebih banyak dipegang oleh Wikramawardhana, sehingga tokoh inilah yang lebih sering dianggap sebagai penguasa Majapahit ke-5 pengganti Hayam Wuruk. Parameswara, konon merupakan seorang mantan penguasa bawahan Majapahit di Palembang dan keturunan bangsawan Bintan merebut Tumasik dari Ayutthaya dan mengangkat dirinya sebagai Raja yang merdeka di sana, mengganti nama Tumasik menjadi 'Singapura'.
- 1391 - Chermin melepaskan diri dari Ayutthaya dan kembali menjadi vasal Majapahit. Raden Mas Pamari naik tahta sebagai penguasa ke-2 kerajaan tersebut. Ia naik tahta dengan gelar 'Paduka Sri Sultan Baki Syah'. Putranya, Maulana Nenggiri, menjadi seorang ulama muda yang giat menjalankan dakwah Islam ke berbagai tempat di Nusantara. Bahkan, sebelumnya ia dikabarkan telah berdakwah kepada Maharaja Majapahit ke-4, Hayam Wuruk.
- 1392 - Prasasti Katiden.
- 1393 - Prasasti Biluluk II.
- 1395 - Prasasti Biluluk III.
- 1398 - Penaklukan Singapura. Melalui bantuan Sang Rajuna Tapa, Majapahit menganeksasi Singapura. Parameswara berhasil meloloskan diri ke Muar dan menetap di Malaka, tempat ia mendirikan sebuah negara besar beberapa tahun kemudian. Adipati Perbaita Sari (Datuk Merpati), konon seorang pejabat Majapahit yang terusir dari Jawa, diperkirakan tiba di Sarawak pada tahun ini. Ia memiliki seorang putra bernama Datuk Merpati Jepang, salah satu tokoh yang dipercaya sebagai leluhur aristokrat Melayu Perabangan di Sarawak saat ini. Mereka pun menetap di sana. Merpati Jepang kemudian diangkat menjadi penguasa di Samarahan setelah menikah dengan putri seorang penguasa setempat.
- 1400 - Di Mempawah, Patih Gumantar tewas terpenggal dalam perang kayau melawan suku Dayak Biaju, yang lalu membawa kepalanya sebagai rampasan perang. Akibatnya, Kerajaan Sidiniang pun kehilangan kepala pemerintahan. Semandang, bawahan Tanjungpura yang merupakan atasan Sidiniang kemungkinan mengambil alih pemerintahan di sana, dan menghapus monarki Sidiniang.
- 1401 - Brunei memulai ekspedisi perluasan wilayah. Di bawah pimpinan Awang Semaun, Awang Jerambak, dan Pateh Damang Sari, pasukan Brunei menggempur Tutong yang kala itu dipimpin oleh seorang pembesar Melanau bernama Mawangga. Baik Melanau maupun Brunei sendiri saat itu masih merupakan vasal Majapahit. Perang antar vasal ini kemungkinan diakibatkan oleh semakin merosotnya pengaruh Majapahit atas vasal-vasalnya serta hadirnya kembali Kekaisaran Cina yang diperintah oleh bangsa Han.
- 1402 - Parameswara mendirikan Kerajaan Malaka di Semenanjung Melayu bagian selatan, yang merdeka dari pengaruh Majapahit maupun Ayutthaya. Perang Igan meletus di Borneo Utara. Brunei melancarkan invasi besar-besaran terhadap Melanau.
- 1403 - Bhre Wirabhumi, penguasa Blambangan yang merupakan putra Hayam Wuruk dengan seorang selir memerdekakan diri dari Majapahit. Ia mengirim utusan kepada Kaisar Cina untuk meminta pengakuan kedaulatan. Hal ini membuat hubungan antara Wirabhumi dengan Wikramawardhana semakin meruncing dan berujung pada perang besar setahun kemudian. Brunei menaklukkan Melanau.
- 1404 - Perang Paregreg. Perang saudara Majapahit dimulai. Konflik antara Keraton Majapahit Timur (Blambangan) pimpinan Wirabhumi dengan Keraton Majapahit Barat (Trowulan) pimpinan Wikramawardhana. Wirabhumi merebut Pamotan dan Pakembangan. Sunan Gresik, salah seorang pelopor penyebaran Islam di Jawa, mendirikan Walisongo, sebuah majelis dakwah Islam.
- 1405 - Ekspedisi Laut Dinasti Ming pimpinan Laksamana Cheng Ho (Zheng He). 'Armada Harta Karun', sebutan untuk jung-jung raksasa Cina dalam ekspedisi tersebut, mengunjungi berbagai pelabuhan di Nusantara, di antaranya Kelantan, Malaka, Pasai, Aru, Palembang, Semarang, dan Surabaya. Memanfaatkan kekacauan yang tengah terjadi di Jawa, Pasai dan Aru memohon bantuan Kaisar Cina untuk memerdekakan negeri mereka dari Majapahit. Cheng Ho menyampaikan hal ini pada Yongle, sang Kaisar Cina, dan ia menyetujuinya. Maka, Pasai dan Aru (serta sejumlah negara-kota kecil di pesisir Aceh) berhasil lepas dari hegemoni Majapahit.
- 1406 - Perang Paregreg berakhir. Keraton Majapahit Timur berhasil diserbu dan diduduki oleh pasukan Keraton Barat Kala penyerbuan terjadi, sekitar 100 orang Cina anggota ekspedisi Dinasti Ming tengah menghadap Wirabhumi. Tanpa mengetahui apakah mereka kawan atau lawan, pasukan Majapahit Barat menyerang dan membunuh mereka, bersama dengan sebagian besar penghuni istana Blambangan. Wirabhumi berhasil meloloskan diri, namun dapat dikejar dan dibunuh oleh salah seorang panglima Majapahit Barat, Raden Gajah.
- 1407 - Armada Harta Karun Ming kembali mengunjungi Nusantara. Kali ini singgah di beberapa negeri pesisir di Kalimantan, di antaranya Sambas dan Brunei. Beberapa puluh orang kru armada ini lalu menetap di Sambas, mendirikan permukiman Muslim Hui pertama di daerah itu. Di Brunei, mereka bersedia membantu negeri itu untuk merdeka dari Majapahit. Bahkan, penguasanya sendiri, Sultan Abdul Majid Hasan turut pergi ke Beijing untuk memohon langsung pada Kaisar Yongle.
- 1408 - Untuk ketiga kalinya, armada Ming kembali mengunjungi Nusantara. Saat singgah di Majapahit, Cheng Ho menyampaikan pesan Kaisar Yongle untuk Wikramawardhana agar segera membayar hutang atas terbunuhnya 100 orang utusan Cina saat Perang Paregreg. Armada Ming juga mengunjungi Brunei Di tahun yang sama, menyampaikan kabar kematian Sultan Abdul Majid Hasan serta restu Kaisar Yongle untuk kemerdekaan kesultanan tersebut. Brunei pun resmi merdeka dari Majapahit. Malaka mulai memperluas wilayahnya dengan menguasai pesisir selatan Malaya dari Selangor sampai Johor, serta merebut Singapura dari Majapahit.
- 1409 - Sebagai usaha untuk mendapatkan sumber emas di pegunungan Minangkabau, Majapahit melancarkan agresi militer terhadap Pagaruyung. Di Borneo, Kesultanan Brunei memulai ekspansi besar-besaran ke seantero pulau besar tersebut. Pasukan Brunei berturut-turut menundukkan Kalaka, Samarahan, Sambas, Sanggau, Landak, dan Semandang. Mereka juga berhasil menundukkan Sulu dan Berau.
- 1410 - Pasukan Brunei menduduki negeri-negeri Kapuas serta Tanjungpura dan Kutai.
- 1411 - Pertempuran Padang Sibusuk. Perang Majapahit-Pagaruyung berakhir dengan kekalahan pasukan Jawa. Majapahit juga kehilangan kontrol atas daerah Siak, Kampar, Pekantua, Keritang, dan Bintan, yang kemungkinan besar direbut oleh Pagaruyung. Puncak ekspansi Brunei. Armada kesultanan tersebut berhasil menduduki seluruh pesisir Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Mereka bahkan lanjut menyerang Negara Dipa, namun kemungkinan besar dapat dipukul mundur.
- 1412 - Ekspansi militer Brunei berakhir. Tanjungpura, Semandang, Sambas, Samarahan, Kalaka, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Selimbau, dan Silat resmi jatuh ke dalam kekuasaan Brunei. Ini menyisakan Negara Dipa, Sampit, Kotawaringin, Kendawangan, dan Kutai Kartanegara sebagai negara bawahan Majapahit yang tersisa di Kalimantan. Armada Ming untuk kesekian kalinya kembali mengunjungi Nusantara. Cheng Ho menagih Wikramawardhana untuk melunasi hutangnya, namun sang Maharaja mengatakan bahwa uangnya belumlah cukup. Mendengar hal ini, Kaisar Yongle yang merasa kasihan memutuskan untuk melepaskan hutang Majapahit terhadap Ming tersebut.
- 1414 - Kerajaan Malaka diperkirakan telah resmi menjadi kesultanan Islam sejak tahun ini. Konon, peristiwa ini diawali dengan surat-menyurat tentang perdagangan antara Raja Malaka (Parameswara) dengan Ratu Pasai (Ratu Nahrasyah) dan Maharaja Majapahit (Wikramawardhana). Parameswara memohon pada Wikramawardhana agar pedagang-pedagang Jawa diperbolehkan mengunjungi pelabuhan Malaka. Wikramawardhana setuju, namun berkata pada Parameswara untuk turut meminta izin pada Ratu Pasai, karena kala itu pedagang-pedagang Jawa lebih suka singgah di pelabuhan Pasai dibandingkan Malaka. Sejak lama, pedagang Jawa telah mendapat perlakuan istimewa dari Samudra Pasai yang tidak memberlakukan pungutan pajak kepada mereka. Biasanya, para saudagar Jawa menukar beras dengan lada yang banyak tumbuh di Pasai. Parameswara pun menyampaikan maksudnya pada Ratu Nahrasyah. Sang Ratu bersedia membantunya dengan satu syarat, yakni agar Parameswara memeluk Islam terlebih dahulu. Raja Malaka pun setuju, dan pedagang-pedagang Jawa (juga orang Arab, Persia, dan Gujarat) pun mulai banyak yang singgah di bandar Malaka. Sementara itu, sumber lain menyebutkan bahwa Parameswara memeluk Islam setelah menikahi seorang putri Pasai (kemungkinan salah satu putri dari Ratu Nahrasyah). Mengikuti jejak sang Raja, sebagian besar masyarakat Malaka berbondong-bondong memeluk Islam secara sukarela. Kesultanan Malaka pun mulai memasuki masa kejayaannya.
- 1415 - Kaisar Cina mengakui kedaulatan Majapahit atas Palembang. Kunjungan Raja Buton ke Majapahit. Penguasa Buton ke-3, Bancapatola (Bataraguru) yang merupakan cucu dari Ratu Wa Kaa Kaa dan Raden Sibatara mengunjungi keraton Trowulan, namun sempat tak diakui sebagai anggota keluarga Kerajaan Majapahit. Untuk membuktikannya, ia mengucapkan sumpah bahwa tanah yang tengah dipijaknya akan naik hingga setara dengan singgasana Maharaja Majapahit. Konon hal itu benar-benar terjadi, dan menjadi asal-usul bangunan keramat Siti Hinggil di istana Jawa hingga kini. Setelah diakui, Bancapatola diperkenankan tinggal di keraton Majapahit selama 1 tahun, sebelum pulang kembali ke Buton.
- 1418 - Maulana Nenggiri naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Chermin ke-3, dinobatkan dengan gelar 'Paduka Sri Sultan Sadik Muhammad Syah'. Ia memindahkan pusat pemerintahan negerinya ke kota Nenggiri di pedalaman Kelantan.
- 1419 - Sunan Gresik wafat. Mpu Jatmika wafat. Lambung Mangkurat (Lembu Mengkurat), putra kedua Mpu Jatmika mengambil alih kendali pemerintahan Negara Dipa, namun tak mengangkat dirinya sebagai Raja, atas pesan sang ayah. Ia melakukan perluasan wilayah ke daerah Seruyan.
- 1427 - Wikramawardhana wafat. Keponakannya, Dyah Suhita naik tahta sebagai penguasa Majapahit ke-6 menggantikannya. Sang Ratu menikah dengan seorang bangsawan Melayu Kelantan dari Chermin bernama Raja Kemas Jiwa, yang mendampinginya dalam memerintah Majapahit dengan gelar 'Sang Aji Jayaningrat'.
- 1429 - Sang Aji Jayaningrat dilantik sebagai penguasa Chermin ke-4 menggantikan Maulana Nenggiri. Karena hal ini, ia terpaksa bercerai dengan Ratu Suhita dan segera pergi ke Kelantan. Ia dinobatkan dengan gelar 'Paduka Sri Sultan Iskandar Syah'. Manggalawardhani Dyah Suragharini, cucu Wikramawardhana diangkat sebagai Bhre Tanjungpura. Sejak tahun ini, kekuasaan Majapahit di Kalimantan Barat yang diduduki Brunei telah berhasil dipulihkan kembali. Adanya jabatan 'Bhre Tanjungpura' juga menyimpulkan bahwa Kerajaan Tanjungpura telah dianeksasi oleh Majapahit yang mendirikan pemerintahan langsung di sana. Di Kalimantan Selatan, Lambung Mangkurat mengangkat Putri Junjung Buih sebagai Ratu Negara Dipa menggantikannya. Lambung Mangkurat mendampinginya sebagai Mangkubumi (Perdana Menteri).
- 1443 - Swan Liong (Arya Damar), seorang pangeran Majapahit putra Hyang Wisesa (diidentifikasi sebagai orang yang sama dengan Wikramawardhana, Maharaja Majapahit ke-5), dilantik sebagai Adipati Palembang dan memerintah sebagai bawahan Majapahit. Menurut Kronik Sam Po Kong, ia memiliki seorang asisten Muslim bernama Bong Swi Hoo yang membantunya dalam mengatur administrasi Palembang.
- 1444 - Raden Putra (Arya Gegombak Janggala Rajasa), seorang pangeran Majapahit dilantik sebagai penguasa ke-4 Kerajaan Negara Dipa, setelah menikahi Putri Junjung Buih. Ia naik tahta dengan gelar 'Maharaja Suryanata'. Dalam memerintah, ia didampingi oleh istrinya serta Lambung Mangkurat. Menurut Hikayat Banjar, Suryanata berhasil memperluas wilayah negerinya ke pedalaman, melebur Kotarawingin dan Sampit ke dalam kekuasaannya, serta menjadikan Kutai dan Berau sebagai vasalnya. Kedua negeri itu (Kutai dan Berau) pun secara tak langsung turut jatuh ke dalam lingkup pengaruh Majapahit.
- 1447 - Dyah Kertawijaya naik tahta sebagai Maharaja Majapahit ke-7. Ia dinobatkan dengan gelar 'Brawijaya I', namun juga dikenal dengan gelar lain, 'Wijaya Parakramawardhana'. Prasasti Waringin Pitu. Menuliskan tentang 14 kadipaten mancanegara Majapahit di Jawa dan Kalimantan, yakni Daha, Kahuripan, Pajang, Wengker, Wirabhumi, Matahun, Tumapel, Jagaraga, Tanjungpura, Kembang Jenar, Kabalan, Singhapura, Keling, dan Kalinggapura.
- 1449 - Lambung Mangkurat wafat.
- 1450 - Peristiwa perebutan tengkorak Patih Gumantar di Kalimantan Barat.
Masa pemerintahan Brawijaya II / Rajasawardhana (1451-1453):
- 1451 - Rajasawardhana naik tahta sebagai Maharaja Majapahit ke-8, dinobatkan dengan gelar 'Brawijaya II'. Sunan Ampel (dipercaya sebagai tokoh yang sama dengan Bong Swi Hoo) mendirikan Pesantren Ampeldenta di Surabaya, sebuah pusat perguruan agama Islam.
Fase Interregnum / Periode Tanpa Raja (1453-1456):
- 1453 - Brawijaya II wafat, meninggalkan pewaris tahta yang masih kecil. Hal ini menyebabkan Majapahit mengalami Fase Interregnum (Periode Tanpa Raja) hingga tiga tahun berikutnya.
- 1454 - Prabu Jaya naik tahta di Tanjungpura.
- 1455 - Raden Patah (Jin Bun/Pate Rodim) lahir di Palembang (sumber lain menyebutkan Jepara). Ia merupakan putra dari Bhre Kertabhumi (tokoh yang kelak menjadi Maharaja Majapahit ke-11) dengan seorang selir Cina. Ia menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Palembang, sebagai salah satu asisten Swan Liong, penguasa Palembang yang juga merupakan salah seorang pengasuhnya sejak kecil.
Masa pemerintahan Brawijaya III / Girisawardhana (1456-1466):
- 1456 - Girisawardhana (Purwawisesa/Bhre Wengker) naik tahta sebagai Maharaja Majapahit ke-9, dinobatkan dengan gelar 'Brawijaya III'.
- 1458 - Sultan Mansur Syah naik tahta di Malaka. Di bawah pemerintahannya, kesultanan itu mencapai puncak kejayaannya. Ia mengadakan ekspansi besar-besaran ke seantero Sumatra dan Malaya. Di bawah pimpinan Laksamana Hang Tuah, pasukan Malaka berhasil menaklukkan Pahang, Terengganu, Siak, Kampar, Rokan, dan Riau.
- 1459 - Pernikahan politik antara Majapahit dengan Malaka. Melalui peristiwa ini, Brawijaya III bersedia menyerahkan Keritang dan Kepulauan Siantan (Anambas-Natuna) kepada Sultan Mansur Syah. Akibatnya, Majapahit semakin kehilangan pengaruhnya atas Selat Malaka dan Laut Champa (Laut Cina Selatan).
- 1460 - Puti Selaro Pinang Masak mendirikan Kerajaan Jambi di atas reruntuhan Kerajaan Dharmasraya di Batanghari sebagai vasal Majapahit. Perang saudara melanda Kekaraengan Gowa di Sulawesi Selatan, antara Batara Gowa (penguasa Sombaopu) melawan adiknya, Karaeng Loe ri Sero (penguasa Makassar). Batara Gowa muncul sebagai pemenang dan menduduki Makassar. Sang adik yang kalah konon mengungsi ke Jawa, meminta perlindungan pada Majapahit. Namun tak lama kemudian, Batara Gowa wafat tanpa diketahui penyebabnya, membuat Karaeng Loe ri Sero pulang kembali ke Makassar dan menyatukan kembali Kekaraengan Gowa.
- 1464 - Raden Arya Dewangsa dinobatkan sebagai penguasa Negara Dipa ke-5 menggantikan ayahnya, Suryanata yang memutuskan untuk pulang kembali ke Majapahit bersama Putri Junjung Buih. Sang pangeran naik tahta dengan gelar Maharaja Carang Lalean.
- 1465 - Di Semenanjung Melayu, Ayutthaya menaklukkan Chermin. Sultan Iskandar Syah terpaksa mengungsi ke Champa dan wafat di sana. Untuk sementara, Majapahit kehilangan pengaruhnya di Semenanjung Melayu.
Masa pemerintahan Brawijaya IV / Singhawikramawardhana (1466-1468):
- 1466 - Singhawikramawardhana (Dyah Suraprabhawa/Bhre Pandansalas) naik tahta sebagai Maharaja Majapahit ke-10, dinobatkan dengan gelar 'Brawijaya IV'.
- 1467 - Chermin kembali menjadi vasal Majapahit, namun dengan wilayah yang jauh lebih kecil karena Kedah dan Perak telah lepas dan berganti menjadi vasal Ayutthaya.
Masa pemerintahan Brawijaya V / Bhre Kertabhumi (1468-1478):
- 1468 - Kudeta Trowulan Pertama. Singhawikramawardhana dilengserkan oleh Bhre Kertabhumi. Kertabhumi pun naik tahta sebagai Maharaja Majapahit ke-11, menobatkan dirinya dengan gelar 'Brawijaya V'. Singhawikramawardhana berhasil meloloskan diri ke Daha dan mendirikan sebuah pemerintahan merdeka di sana. Kerajaan Majapahit pun kembali terpecah menjadi dua istana, Keraton Barat (Daha) pimpinan Brawijaya IV dan Keraton Timur (Trowulan) pimpinan Brawijaya V.
- 1470 - Kerajaan Tanah Hitu berdiri di Ambon, memerdekakan diri dari Majapahit.
- 1472 - Raden Ismahayana (Raden Abdul Kahar) naik tahta di Landak. Raja Bapurung naik tahta di Tanjungpura.
- 1474 - Brawijaya IV wafat. Putranya, Girindrawardhana (Dyah Ranawijaya) naik tahta menggantikannya sebagai penguasa Keraton Majapahit Barat.
- 1475 - Raden Patah, putra Brawijaya V mendirikan Kesultanan Demak di pesisir utara Jawa Tengah sebagai vasal Majapahit Timur. Ia mengangkat dirinya sebagai penguasa dengan gelar 'Panembahan Jimbun'. Demak dengan cepat berkembang menjadi sebuah bandar persinggahan internasional yang kaya karena menguasai Selat Muria yang cukup strategis saat itu.
- 1477 - Demak melebur Semarang ke dalam pemerintahannya.
Masa pemerintahan Brawijaya VI / Girindrawardhana (1478-1498):
- 1478 - Kudeta Trowulan Kedua. Girindrawardhana menyerang Trowulan dan berhasil mendudukinya. Brawijaya V terbunuh dalam serbuan tersebut. Demak sempat mengirimkan pasukan pimpinan Sunan Ngudung untuk membantu Brawijaya V, namun mereka segera dihadang oleh pasukan Daha pimpinan Girindrawardhana, sehingga tak sempat menyelamatkan nyawa Brawijaya V. Bahkan, Sunan Ngudung turut tewas dalam pertempurannya melawan pasukan Daha. Kemaharajaan Majapahit pun kembali bersatu. Girindrawardhana mengangkat dirinya sebagai Maharaja Majapahit ke-12 dengan gelar 'Brawijaya VI'. Ia juga dikenal dengan nama 'Sri Wilwatikta Janggala Kadiri'. Ia memerintah didampingi oleh Patih Udara (Hudhara), tokoh yang kelak menjadi Maharaja Majapahit terakhir. Mengetahui hal ini, Raden Patah memerdekakan negerinya dari pemerintahan baru Majapahit tersebut. Ia kemudian menyerang Daha, namun dapat dipukul mundur. Di Kalimantan Selatan, Raden Sakar Sungsang naik tahta sebagai penguasa Negara Dipa ke-6 dengan gelar 'Maharaja Sari Kaburangan'. Ia memindahkan pusat pemerintahan ke kota Negara dan mengganti nama kerajaannya menjadi Negara Daha, kemungkinan besar setelah mengetahui tentang peristiwa perpindahan ibukota di Majapahit. Sementara itu, Berau serta Kutai Kartanegara dan Kutai Martadipura kemungkinan besar memerdekakan diri dari pengaruh Negara Daha dan Majapahit.
- 1484 - Kerajaan Sunda Pajajaran kemungkinan merebut Lampung dari Majapahit. Di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja, negeri ini berhasil menguasai Selat Sunda dan mulai mengembangkan armada maritimnya.
- 1486 - Singhawardhana (Dyah Wijayakusuma) merebut tahta Majapahit dari Brawijaya VI, namun tak sampai setahun segera dapat dilengserkan kembali.
- 1487 - Sunan Giri mendirikan Pesantren Giri Kedaton di Gresik, yang kemudian berkembang menjadi sebuah negara-kota pelabuhan yang kaya. Pesantren ini pun segera menjadi salah satu pusat pembelajaran Islam paling terkenal di Nusantara. Ada beberapa tokoh penting yang menuntut ilmu di Gresik, di antaranya Raden Sakar Sungsang (pendiri Negara Daha) dan Kolano Zainal Abidin Panembahan Karang Tanjung naik tahta di Tanjungpura. Ia mengganti nama kerajaannya menjadi Sukadana, setelah memindahkan ibukotanya ke sebuah kota yang bernama sama.
- 1490 - Negeri-negeri di Sulawesi Selatan, yakni Tallo, Bantaeng, dan Selayar, diperkirakan telah melepaskan diri dari hegemoni Majapahit sejak tahun ini.
Masa pemerintahan Brawijaya VII / Hudhara (1498-1527):
- 1498 - Patih Udara diperkirakan mengkudeta Brawijaya VI pada tahun ini. Ia mengangkat dirinya sebagai Maharaja Majapahit ke-13 dengan gelar 'Brawijaya VII'.
- 1499 - Malaka menaklukkan Chermin, negara terakhir di Semenanjung Melayu yang masih setia pada Majapahit. Tiga orang putri dan seorang pangeran Kelantan ditangkap sebagai tawanan perang oleh armada pimpinan Hang Tuah dan Khoja Hassan. Ketiga putri tersebut kemudian dinikahkan dengan penguasa Malaka saat itu, Sultan Mahmud Syah. Penaklukan ini pun mengakhiri hegemoni Majapahit di daerah tersebut, sekaligus sepenuhnya menghapus pengaruhnya atas Selat Malaka dan Laut Champa.
- 1500 - Vasal dan kekuasaan Majapahit di Maluku Selatan dan Papua Barat diperkirakan telah melepaskan diri sepenuhnya dari Majapahit. Raja Rangkayo Hitam naik tahta di Jambi.
- 1509 - Kedatangan bangsa Portugis. Satu armada Portugis utusan Alfonso d'Albuquerque dari Goa, India Barat untuk pertama kalinya tiba dan singgah di Malaka.
- 1511 - Jatuhnya Malaka. Portugis menaklukkan kota Malaka dan memaksa Sultan Mahmud Syah untuk mengungsi ke Bintan. Peristiwa ini menandai titik awal dimulainya kolonialisme Eropa di Nusantara. Sementara itu, Demak melancarkan ekspansi ke wilayah sekitarnya. Sedayu, Tegal, dan Kudus berturut-turut jatuh ke dalam kekuasaannya. Di tahun yang sama, Pulau Buru (Kadali) direbut oleh Kesultanan Ternate, mengakhiri hegemoni Majapahit di Maluku.
- 1512 - Seluruh negara bawahan Majapahit yang tersisa di Indonesia Timur telah sepenuhnya memerdekakan diri. Kerajaan Bali, yang kala itu diperintah oleh Dalem Baturenggong dari Gelgel, merebut Lombok, Sumbawa, dan Blambangan dari Majapahit. Di tahun yang sama, kekuasaan Majapahit di Sumatra (Palembang, Jambi, Bangka, Belitung) kemungkinan telah direbut oleh Demak sebagai persiapan penyerangan ke Malaka. Ini menjadikan Madura, Kangean, Bawean, Masalembo, dan negeri-negeri di Kalimantan sebagai daerah seberang laut Majapahit yang tersisa.
- 1513 - Konfrontasi militer pertama antara Majapahit dan Demak. Sebagai usaha untuk merebut kembali hegemoninya atas pantai utara Jawa Tengah, Brawijaya VII beraliansi dengan Bali dan memerintahkan penyerangan terhadap Demak. Pertempuran sengit pun terjadi antara pasukan Demak dan pasukan Majapahit-Bali, dan berakhir dengan kemenangan Demak. Di tahun yang sama, Demak mengirim armada laut pimpinan Pati Unus untuk menggempur Malaka, namun mengalami kegagalan.
- 1516 - Kerajaan Paser berdiri di Kalimantan Timur, memerdekakan diri dari Majapahit.
- 1517 - Brawijaya VII menjalin hubungan diplomatik dengan Gubernur Portugis di Malaka, sebagai usaha untuk bersekutu dengan penguasa asing (Kerajaan Portugal) yang dianggap bisa membantu menyelamatkan Majapahit dari ancaman Demak.
- 1518 - Panembahan Jimbun wafat. Pati Unus naik tahta menggantikannya sebagai Sultan Demak. Ia langsung memimpin penaklukan terhadap Jepara (Kalinggapura), satu-satunya negeri di pantai utara Jawa Tengah yang masih setia pada Majapahit.
- 1519 - Invasi Demak ke Kalimantan Barat. Menyusul keberhasilan penaklukan Jepara, Pati Unus lanjut memimpin penaklukan terhadap kekuasaan Majapahit di Kalimantan Barat. Sukadana menjadi negeri pertama yang takluk pada Demak.
- 1520 - Pati Unus dan pasukannya menundukkan Landak dan Sambas. Pangeran Samudra, seorang putra Raja Negara Daha mendirikan Kerajaan Banjar di bandar Patih Masih di tepi Sungai Kuin di Kalimantan Selatan, yang kemudian diganti namanya menjadi kota Banjarmasin. Samudra merupakan putra mahkota yang terusir dari istana karena tahta kerajaan telah diduduki oleh pamannya, Pangeran Tumenggung. Negeri ini berdiri sebagai sebuah negara-kota yang merdeka dari Negara Daha dan Majapahit.
- 1521 - Demak menundukkan Labai Lawai (Sanggau dan Sekadau) dan Sintang, dua wilayah terakhir di Kalimantan Barat yang masih setia pada Majapahit. Beberapa bangsawan Majapahit yang tengah berada di daerah itu melarikan diri ke pedalaman, menuju Kerajaan Selimbau dan Silat. Penaklukan Demak atas Kalimantan Barat pun berakhir. Majapahit sepenuhnya kehilangan kekuasaannya di wilayah tersebut, menyisakan Negara Daha sebagai satu-satunya vasal seberang laut yang masih setia. Dari Kalimantan, Pati Unus dan pasukannya langsung berlayar ke Malaka dan kembali menggempurnya. Namun seperti usaha sebelumnya, serangan ini gagal dan bahkan meminta nyawa sang Sultan Demak sendiri. Gugurnya Pati Unus membuat adiknya, Trenggana segera menduduki tahta Kesultanan Demak.
- 1524 - Kerajaan Banjar menjadi vasal Demak. Pangeran Samudra meminta bantuan Demak untuk mengalahkan pamannya. Sultan Trenggana setuju dengan syarat agar Samudra bersedia memeluk Islam dan menjadikan negerinya sebagai vasal Demak. Sang pangeran pun menyanggupinya.
- 1525 - Invasi Demak ke Negara Daha. Demak mengirim armada sejumlah 1000 kapal berisi 40.000 orang prajurit untuk menggempur Negara Daha. Pangeran Tumenggung akhirnya menyerah setelah kalah dalam perang. Ia bersedia menyerahkan Negara Daha sebagai bagian dari Banjar, lalu mengasingkan diri sebagai seorang petapa.
- 1526 - Pangeran Samudra memeluk Islam, lalu mengganti nama gelarnya menjadi 'Sultan Suriansyah'. Banjar pun berubah menjadi kesultanan. Hikayat Banjar menuliskan bahwa negeri-negeri atas angin (Paser, Kutai, Berau, Sulu) dan bawah angin (Sukadana, Landak, Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang) juga telah menjadi bawahan Banjar sejak masa pemerintahan Suriansyah. Mereka dikabarkan turut serta dalam membantu penaklukkan terhadap Negara Daha setahun sebelumnya. Untuk negeri-negeri bawah angin, kemungkinan besar dihadiahkan oleh Sultan Trenggana kepada Suriansyah atas jasa-jasanya sebelumnya. Kalimantan Selatan pun jatuh ke tangan Banjar dan Demak, sementara Bawean dan Maselembo kemungkinan telah terlebih dahulu takluk pada Demak. Kerajaan Majapahit pun kembali menjadi sebuah negara kecil dan lemah, yang hanya menguasai sebagian Pulau Jawa serta Kepulauan Madura.
- 1527 - Keruntuhan Majapahit. Demak akhirnya melancarkan serangan pamungkas terhadap Majapahit. Pasukan Demak berturut-turut menduduki negeri-negeri di pantai utara Jawa Timur (Lasem, Matahun, Kabalan, dan Tuban), kemudian menggempur kadipaten Kertabhumi dan akhirnya kota Daha itu sendiri. Serangan besar-besaran ini pun menandai keruntuhan total Majapahit. Konon, Brawijaya VII berhasil meloloskan diri ke Blambangan dan melantik dirinya sebagai penguasa baru kerajaan bawahan Bali tersebut. Banyak di antara para bangsawan dan rakyat Hindu yang mengikuti jejak rajanya, mengungsi ke ujung timur Jawa Timur serta Pulau Bali. Riwayat Kemaharajaan Majapahit yang telah berusia 234 tahun itu pun berakhir.
---
Sumber Sejarah:
- A History of Modern Indonesia Since c. 1200
- Alamat Zaman Ketahtaan Nagari Baruni
- Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia
- Babad Tanah Jawi
- Gajah Mada, Biografi Politik
- Hikayat Banjar
- Hikayat Lambung Mangkurat
- Hikayat Raja-raja Pasai
- Hikayat Sipanjonga
- Hikayat Tom-Tad
- Keturunan Raja-raja Kelantan dan Peristiwa Bersejarah
- Kidung Panji Wijayakrama
- Kidung Sunda
- Kisah Perang Maya
- Kronik Kutai
- Kronik Sam Po Kong
- Menuju Puncak Kemegahan
- Ming Shi Lu
- Nagarakretagama
- Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya
- Pararaton
- Pasak Negeri Kapuas
- Persatuan Pencinta Sejarah Kelantan
- Prasasti-prasasti
- Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara
- Sejarah Nasional Indonesia
- Sulalatus Salatin
- Suma Oriental
- Syair Awang Semaun
- The Indianized States of Southeast Asia
- The Majapahit Dependency Galiyao
- The Royal Ark
- Wadian Nan Sarunai Usak Jawa
- Wikipedia